Pembicara: Bpk. Chandra
Yohanes 15:2
2) Setiap
ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang
berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.
Hidup bermakna dan hidup
berbahagia, semua orang ingin hidupnya bahagia, namun setiap orang juga harus
bisa bermakna atau memberi makna.
Setiap orang pasti menginginkan
hidupnya bisa bahagia dan berbahagia, tidak ada yang mau hidupnya tidak bahagia
atau dirundung kesusahan, tapi apakah hidupnya sudah bermakna?. Lantas manakah
yang lebih penting bahagia atau bermakna?.
Hidup bahagia, banyak diartikan
orang, sebagai suatu kehidupan yang tanpa masalah dan segala-galanya bisa
terpenuhi, namun tidaklah juga demikian, karena kehidupan yang berbahagia
adalah kehidupan yang bisa dinikmati oleh orang itu dengan penuh ucapan syukur.
Berikutnya adalah hidup
bermakna, hidup bermakna adalah kehidupan yang bisa memberikan manfaat bagi
orang lain, bila dilihat dalam Yoh 15:2, setiap orang harus bisa berbuah atau
memberi manfaat. Artinya adalah Tuhan menciptakan manusia itu bukan tanpa
tujuan atau sebuah arti, Tuhan menciptakan manusia sesuai rencana-Nya dan Tuhan
ingin dalam kehidupan kita ini bisa memberikan makna atau berarti bagi yang
lain.
Kehidupan ini memang singkat,
tidak ada yang abadi, firman Tuhanpun berkata bahwa tujuh puluh tahun atau jika
kuat, delapan puluh tahun. Karenanya hidup ini memang singkat, namun dalam
singkatnya kehidupan ini kita harus bisa menikmati kehidupan ini agar bisa
bahagia dan ‘tak lupa juga harus memberi makna atau bermakna bagi yang lain.
Berikut adalah bagaimana
caranya meraih hidup bermakna, pertama adalah mengucap syukur, mengucap syukur
adalah awalnya, awal untuk bisa menikmati hidup dan bermakna.
Kedua adalah positive thinking,
berpikir positif, adalah cara untuk selalu terhindar dari penyakit-penyakit
yang bersumber dari pikiran, seperti stress dsb. Pikiran positiv sangat
membantu untuk bisa menikmati hidup dan berpikiran tenang.
Ketiga adalah empati, nah
inilah kata kunci dari hidup bemakna, empati berbeda dengan simpati, simpati
hanya merasakan saja, namun empati ada suatu tindakan untuk menolong.
Ke empat adalah mendahulukan
yang penting, artinya sebelum melakukan segala sesuatu pikirkan itu penting
atau tidak perlu dulu didahulukan, atau gampangnya dahulukan kebutuhan diatas
keinginan.
Kelima adalah kebiasaan untuk
melangkah, ya kebiasaan masih mempunyai keterkaitan dengan empati, yaitu
tindakan yang perlu dilakukan bukan hanya sekadar omongan atau keinginan saja.
Ke enam adalah kebiasaan untuk
menabur benih, menabur.... menabur dan menabur benih kebaikan, seperti firman
Tuhan yang pernah dibawakan oleh Bpk. Pdt. David Minggu 20 Juli 2014.
Ke tujuh adalah jujur, jujur
itu penting atau gampangannya mah katakan apa adanya. Bayangkan kalau semua
orang didunia ini jujur, maka apakah yang akan terjadi....
Hingga akhirnya pikirkanlah
bagaimana kita hidup sehari-hari sudah bermakna atau belum dan hitunglah
hari-hari yang sudah kita lewati, agar memperoleh hati yang bijak (Mazmur
90:12).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar