Pembicara: Bpk.
Chandra
Keluarga
adalah sarana dalam Tuhan memberkati manusia. Melalui keluarga akan terasa
suasana seperti suasana Surgawi. Tujuan Tuhan membentuk sebuah keluarga
bukanlah hanya untuk pelampiasan nafsu daging semata, tetapi tujuan Tuhan
membangun sebuah keluarga agar kasih Yesus itu menjadi nyata dan dapat
dirasakan dalam sebuah keluarga.
Awalnya
Tuhan membentuk sebuah keluarga adalah untuk memenuhi bumi dan berkuasa atas
segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah seperti dalam firman Tuhan kejadian
1:27-28. Namun bukan hanya itu saja, melainkan supaya suasana Surgawi terasa
dalam sebuah keluarga. Tentu saja akan terjadi jika keluarga yang dibangun itu
berkenan dihadapan Allah.
Untuk
membangun sebuah keluarga yang berkenan dihadapan Tuhan adalah harus dilandasi
oleh Tuhan dan Kasih. Sesuai dengan firman Allah dalam mazmur 127:1 bahwa
Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia – sialah usaha orang yang
membangunnya…
Berikutnya
adalah dilandasi dengan kasih, kasih itu adalah suatu ikatan yang mempersatukan
dan kasih itu sabar, murah hati, tidak
cemburu, tidak sombong dan sebagainya serta menutupi segala sesuatu. (1 Kor
13:4-7).
Sama
seperti yang pernah dibahas sebelumnya tentang keluarga dimana setiap anggota
dalam keluarga tersebut memiliki peran dan kewajibannya masing – masing, baik
itu suami, istri maupun setiap anak – anak yang ada.
Bagi
para suami, kasihilah istrimu seperti dirinya sendiri dan tidak boleh berlaku
kasar (kol 3:19 & Efesus 5:28), memenuhi kewajibannya sebagai suami (1 Kor
7:3), dan jangan menyakiti hati anak melainkan didiklah didalam Tuhan (Kol 3:21
& Efesus 6:4).
Bagi
para istri, tunduk kepada suami sebagaimana seharusnya karena suami adalah
kepala dalam sebuah keluarga (Kol 3:1, Efesus 5:22-23 & 1 Kor 11:3) dan
menjadi penolong bagi kaum pria atau suaminya (Kej 2:18).
Bagi
anak – anak, taati atau turuti dan hormati orangtua (Efesus 6:1-3).
Dalam
sebuah keluarga haruslah dilandasi dengan kasih, firman Tuhan berkata kasih itu
mengampuni, maka dalam sebuah keluarga haruslah bisa saling mengampuni,
mengampuni terbatas pada hitungan jari maupun angka, tetapi mengampuni itu
tidak terbatas, seperti Bapa di Sorga yang pengampunan-Nya tidak terbatas (Mat
6:12, 18:21-22, Markus 11:25-26).
Sebuah
pernikahan atau awal mula dari sebuah dari terbentuknya sebuah keluarga itu
adalah kudus dihadapan Allah. Keluarga yang berkenan di hadapan Allah adalah
keluarga yang dilandasi oleh Allah atau firman Allah itu sendiri dan kasih
didalamnya. Kemudian dalam sebuah keluarga janganlah saling berjauhan,
melainkan saling berdekatan, saling mengasihi, dan ambilah waktu untuk berdoa
bersama (1 Kor 7:4-5). Agar semua tau bahwa semua itu berasal dari pada Tuhan
(Yoh 17:7).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar