Kamis, 26 September 2013

Melayani


Melayani bukan hanya dikerjakan oleh para Hamba Tuhan atau Pendeta atau Majelis dsb. Tugas Pelayanan ini menjadi tugas bagi kita semua, tanpa memandang apapun jabatan kita, siapa kita, atau bergelar apapun kita.
            Jika kita meniliki secara duniawi, bahwa sebagai besar jabatan maka semakin besar tanggung jawab untuk melayani, contohnya pemimpin negara dipilih dan terpilih untuk menjadi pelayan bagi masyarakatnya, dan pepatah mengatakan bahwa tangan diatas lebih baik dari pada tangan di bawah Kemudian secara Alkitab juga sama bahwa Yesus juga datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.
            Kemudian saya juga mengucapkan selamat atas seluruh Majelis – Majelis yang baru saja terpilih, Tuhan sudah menunjuk saudara semua. Kemudian janganlah anggap ini sebagai beban tetapi sebagai Tugas dan tanggung jawab serta kerjakanlah bersama Tuhan dan jangan disia -siakan.
            Kemudian lantas bagaimana yang tidak terpilih? Apakah tidak punya tanggung jawab? Jawabannya tidak. Kenapa? Karena Tugas Pelayanan itu berlaku bagi semua umat Tuhan, termasuk saya sendiri.
            Pelayanan tidak usah selalu harus digereja dan tidak usah harus dilakukan oleh Pendeta mapun Majelis dsb. Tetapi Tugas Pelayanan ini bisa dilakukan kapanpun, dimanapun dan kapanpun, misalya bentuk kecilnya saja adalah menguatkan orang yang sedang lemah imannya atau menolong teman yang sedang kesusahan, itu juga salah satu bentuk pelayanan.
            Sebenarnya setiap dari kita sudah diperlengkapi oleh Roh Tuhan untuk bisa melakukan sesuatu, mungkin bisa menyembuhkan atau bernubuat dsb, maka dari itu mari kita gunakan itu untuk bisa melayani Tuhan. Dan janganlah mempemasalahkan perbedaan itu karena sesuai dengan firman Tuhan berkata banyak anggota namun tetap satu tubuh.
“Marilah kita Belajar untuk Melayani”

1 Korintus 12:20
Memang  ada banyak anggota, tetapi tetap satu tubuh.

Panggilan Melayani


Pembicara: Bpk. Chandra

Roma 10:15
Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis ”Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”

            Panggilan untuk melayani, panggilan ini bukanlah sekadar panggilan biasa saja, namun ini adalah seperti suatu tugas yang memang harus dijalankan. Untuk melayani tidak harus selalu dalam gereja atau harus menjadi seorang Pendeta terlebih dahulu melainkan melayani disini adalah bagaimana kita bisa melayani terhadap sesama baik dirumah atau dimanapun kita berada.
            Zaman dahulu Tuhan sudah mengajarkan bagaimana Ia datang ke dunia ini bukan untuk dilayani oleh manusia melainkan untuk melayani. Saat ini Tuhan sebenarnya telah mengutus umat-Nya yaitu kita untuk melayani hal itu tertuang dalam Matius 28:19-20 dan Yohanes 21 :15-19 yang dimana isinya adalah suatu amanat agung sebagaimana yang telah kita ketahui bersama hingga saat ini dan suatu perintah untuk mengembalakan domba – domba-Ku yang bukan hanya untuk Simon melainkan untuk semuanya.
            Kemudian sebagaimana yang disaksikan oleh Paulus salah satu murid Tuhan yang menjadi salah satu orang yang diutus oleh Tuhan untuk melayani, bahwa dalam pelayananya tidaklah mudah melainkan penuh dengan dukacita namun ia tetap menjalaninya dengan sukacita (2 Korintus 6:9)
            Seperti yang tertulis diatas bahwa untuk melayani Tuhan tidaklah harus selalu dalam gereja maupun menjadi Pendeta dulu baru mau melayani. Melainkan setiap dari pada kita bisa melayani karena Tuhan telah mengaruniakan Roh yang berbeda – beda yaitu Tuhan telah memperlengkapi kita dengan Roh yang berbeda, ada yang bisa menyembuhkan, mengadakan muzizat dll. Namun hanya untuk satu tujuan yaitu untuk melayani Tuhan dan memuliakan Tuhan (1 Kor 12: 7-20). Lebih dari itu janganlah mempermasalahkan karunia Roh yang berbeda melainkan bagaimana caranya kita melakukannya untuk memuliakan nama Tuhan, misalnya yang bisa bernubuat, lakukanlah dan jangan dipendam supaya tidak menjadi sia –sia (1 Kor 15:9-10).
            Kemudian Tuhan pernah membedakan – bedakan orang yang akan diutusnya, meskipun kita adalah orang yang berdosa, tetapi kita juga menjadi contoh bagi yang lain, maksudnya adalah bahwa ketika kita bertobat dan menyaksikan kemurahan Tuhan kepada yang lain. (Efesus 3:8 & 1 Tim 1:16), dan kitapun di tugaskan untuk melawan pengajaran – pengajaran yang menyesatkan (2 Tim 4:1-8)
            Upahnya dari pelayanan ini adalah penyertaan Tuhan yang luar biasa dlaam hidup kita seperti apa yang dialami oleh Raja Hizkia (2 Raja – Raja 20:1-6).


Kamis, 19 September 2013

Rasa Kuatir


Rasa kuatir timbul dalam hati jika ada kondisi yang tidak ada kepastian. Wajar rasanya jika saat – saat ini timbul rasa kuatir dalam kehidupan seseorang. Jika kita lihat dalam fenomena – fenomena yang terjadi belakangan ini mulai dari melemahnya nilai rupiah terhadap dolar berserta dampaknya, hingga berita – berita lain yang cukup menggemparkan, sangat bisa menimbulkan rasa kuatir dalam diri seseorang. Contohnya saja kuatir besok makan apa? Hal ini wajar karena harga – harga yang naik, namun pendapatan tetap dan tak bertambah.
            Rasa kuatir bisa dimiliki oleh siapa saja termasuk anak Tuhan, namun firman Tuhan menjamin seluruh kehidupan kita, dasarnya adalah firman Tuhan, firman Tuhan adalah perkataan Allah sendiri, apapun yang tertulis disitu adalah perkataan-Nya sendiri yang pasti akan digenapi.
            Cara mengatasi rasa kuatir memang mudah dikatakan, namun sulit dilakukan karena sampai dimanakah rasa kepercayaan kita juga diuji, maksudnya adalah jika kita sudah berdoa namun belum dijawab juga, disitulah kekekuatiran timbul, dan dalam hati timbul gejolak apakah harus percaya pada Iman atau kenyataan yang ada pada saat itu.
Nah cara mengatasi kekuatiran adalah berdoalah dengan sungguh – sungguh, tidak usah pelit air mata, karena Yesus mengerti, katakan bahwa Tuhan saya menyerah, saya tidak sanggup lagi dan saya serahkan seluruhnya kepada-Mu karena Engkaulah yang menjamin seluruh kehidupan saya.

Filipi 4:6
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan ucapan syukur.  

Kuatir


Pembicara: Ibu Pdt. Keintjem

Matius 6:31
Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?

            Kuatir adalah suatu kondisi yang membuat seseorang menjadi tidak menentu, menjadi tidak tenang maupun tidak merasa sukacita. Perasaan kuatir bisa timbul kapanpun, tergantung dengan situasi dan kondisinya. Saat ini rasa kuatir bisa saja mudah timbul, seiring dengan kondisi yang semakin tidak menentu dan tidak pasti.
            Namun rasa kuatir ini janganlah terus menerus dibiarkan, karena perasaan kuatir tidak dapat menambahkan sesuatu. Seharusnya kita sebagai anak Tuhan tidaklah usah merasa kuatir lagi. Hal ini karena Tuhan sudah menjamin seluruh kehidupan kita.
            Tuhan memang sudah menjamin seluruh hidup kita, dan dasar dari jaminan Tuhan itu terdapat dalam firman-Nya, salah satunya adalah dalam matius 6:33, yang dimana berkata bahwa carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
            Firman Tuhan diatas mengajarkan kita untuk mengalihkan rasa kuatir yang kita miliki dengan mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, maksudnya adalah temuilah Allah dalam doa dan bacalah firman-Nya. Sebab firman Tuhan menjamin bahwa setiap orang yang sungguh mencari dan mengikuti Dia akan mendapatka apa yang Tuhan janjikan dalam firman-Nya (Markus 10:22-31).
            Namun terkadang dalam kondisi kita mencari Tuhan itu tidaklah dengan sungguh tulus dalam kerendahan hati, namun firman Tuhan berkata bahwa dalam kita itu harus seperti anak kecil, maksudnya adalah seperti anak kecil yang tulus, meminta kepada bapanya dan tetap percaya meski belum menerimanya, sehingga dalam hatinya tidak timbul rasa kuatir lagi. (Markus 10:13-16).

Jumat, 13 September 2013

Bersukacita dan Bersyukur


Pembicara: Ibu Pdt. Keintjem

Filipi 4:4
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!

            Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan, saat ini jarang sekali ditemuka orang yang bisa bersukacita dalam segala situasi maupun kondisi. Rata – rata orang bersukacita karena sesuatu hal yang menyenangkan hatinya dan akan kehilangan sukacita seiring dengan hal – hal yang tidak menyenangkan ditemui dalam perjalanan hidupnya. Lebih dari itu untuk sekadar mengucap syukur dalam kondisi tersulitpun tidak bisa.

            Firman Tuhan berkata bersukacitalah senantiasa, hal ini memang kata – kata biasa namun bukan berarti tanpa alasan atau tanpa dasar. Dasarnya atau alasanya adalah jaminan pemeliharaan dari Yesus sendiri. Firman Tuhan berkata dalam filipi 4:6 “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapa syukur.

            Belajar dari kisah Daud maupun rasul Paulus yang dalam perjalanan hidup mereka baik Daud sebagai raja dan rasul Paulus dalam pelayanannya mereka mampu untuk tetap bersukacita dan mengucap syukur. Semua ini karena mereka mengetahui bahwa Allah adalah penolong mereka dan Allah menjamin kehidupan mereka. Hal terbukti karena dalam himpitanya Daud berkata Mengapa engkau tertekan hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! (Maz 42:6-12). Serta Paulus juga dapat berkata Aku mengucap syukur kepada Allah (Filipi 1:3-4).

            Marilah saudara – saudara sama – sama kita belajar untuk hidup dengan penuh syukur dan bersukacita, untuk bersyukur dan bersukacita tidak perlu karena alasan apapun melainkan bersyukur dan bersukacita bisa dalam keadaan apapun karena Yesus telah memerdekkan kita semua (Roma 12:11-12).

Lembah Kekelaman


Pembicara: Bpk. Jusuf

Mazmur 23:4
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.


            Lembah kekelaman adalah suatu lembah dimana tidak ada lagi harapan, suatu lembah yang gelap, suram, dan tidak ada cahaya lagi. Lembah kekelaman bisa berbicara mengenai suatu kekuatiran, masalah yang tak kunjung usai, kelemahan, dan ketidak berdayaan kita, atau apapun penderitaan yang kita alami.
           
            Didalam kehidupan ini, kita tidak bisa menghindar dari yang namanya lembah kekelaman ini. Namun jika kita tidak mau melaluinya, maka kita tidak akan melihat suatu cahaya yang indah yang tersimpan di balik itu semua.

            Setidak – tidaknya ada beberapa hal yang memang menjadikan kita bisa masuk dalam lembah kekelaman. Beberapa hal diantaranya adalah karena ketaatan kita kepada Allah, maksudnya adalah karena Tuhan mengizinkan penderitaan itu masuk maka Tuhanpun punya maksud tertentu didalam kehidupan kita.

            Beberapa contoh dari yang tertulis di Alkitab diantaranya adalah dialami oleh Ayub (ayub 1:12), Sadrakh, Mesakh, dan Abednego (daniel 3:17) maupun hamba Tuhan, Paulus ( 2 kor 12:7).

            Selain karena ketaatan kita kepada Tuhan, berikutnya adalah karena Tuhan ingin menghajar kita, maksudnya adalah bukan karena Tuhan kasar namun pengertian hajar disini adalah Tuhan ingin memberikan peringatan kepada kita.

            Beberapa contoh diantaranya adalah ketika Tuhan memberikan peringatan kepada Herodes akibat kesalahannya sendiri yang menyamakan dirinya dengan Allah (Kis 12:21-23), dan hamba Tuhan Paulus dalam pelayarannya, hanya akibat perwira itu lebih percaya kepada sang nahkoda dan juru mudi dari pada perkataan Paulus (Kis 27:14-16).

            Kemudian yang terakhir karena memang sudah masanya, maksudnya adalah karena umur yang sudah lanjut secara fisik. Firman Tuhan berkata masa hidup kami adalah 70 tahun paling kuat 80 tahun (Maz 90:10) dan jikalau ketika kita muda kita kuat dan gagah maka pada masa tua, akan terjadi kebalikkannya (Yoh 21:18). Disini yang penting bukanlah berapa kita bisa hidup, tapi bagaimana kita mengisi tiap lembaran kosong dalam kehidupan ini.