Pembicara:
Ibu Sintya Hani Tjen
Lukas
15:11-20
12 Kata
yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita
yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara
mereka. 13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh
bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta
miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. 14 Setelah dihabiskannya
semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai
melarat. 17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya
orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati
kelaparan. 18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata
kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
Hubungan
antara Allah dan kita orang percaya saat ini adalah seperti hubungan antara
Bapa kepada anaknya yang artinya tidak ada batasan lagi. Dahulu hubungan antara
manusia dengan Allah terbatas, tetapi semenjak kematian Yesus diatas kayu salib
maka hubungan antara Allah dengan manusia dipulihkan dan tidak ada batasan,
bahkan seperti antara anak dengan bapanya, yaitu hubungan yang intim. Namun
beberapa hal bisa merusak hubugan antara manusia dengan Allah, beberapa hal
tersebut adalah tidak menghargai otoritas Allah, harta, gaya hidup.
Allah
memiliki otoritas yang tinggi, tetapi kerap kali dengan pola perilaku manusia
yang tidak menghargai otoritas Allah. Kemudian kerapkali seseorang datang
kepada Tuhan, mencari Tuhan, berdoa untuk meminta berkatnya saja, tidak salah
memang, akan tetapi kita meminta berkat itu tanpa melakukan sesuatu untuk
Tuhan, tidak melakukan firrman-Nya, seperti yang digambarkan dalam perumpaan
anak yang hilang dalam lukas 15:11-20 dimana sang anak meminta berkat yang
memang menjadi haknya, tanpa melakukan sesuatu bagi Tuhan. Ada pula orang yang
datang ke gereja hanya untuk mencari berkat-berkat saja, lagi-lagi tidak salah
memang, namun orang tersebut lupa bahwa tujuan dari datang ke gereja adalah
sebagai upaya untuk memperat hubungan dengan Tuhan.
Banyak
orang yang hancur akibat dari pola perilaku yang salah seperti yang digambarkan
si anak bungsu ini dimana setelah ia menerima berkatnya malah
dihambur-hamburkan hingga akhirnya ia melarat, namun banyak orang juga yang
dipulihkan oleh Tuhan hal itu karena ia menginstropeksi diri dan akhirnya orang
tersebut sadar dan memilih berbalik kembali kepada hadirat Tuhan seperti yang
digambarkan oleh si bungsu ini setelah ia hidup melarat, ia memilih berbalik
kepada sang bapa dan mengakui dosanya.
Saudara
karakter dari Bapa yang kita sembah yaitu Allah Bapa di surge adalah Allah yang
penuh kasih setia, Ia mau menerima kita dengan tangan terbuka. Saudaraku berkat
Allah memang menjadi bagian kita, menjadi hak kita. Akan tetapi jangan sampai
dengan berkat-berkat Tuhan itu kita menjadi lupa dengan Tuhan sang pemberi
berkat, apalagi jika kita meninggalkanya, sebab akibatnya adalah hancur.
Kemudian bagi saat ini yang sedang mengalami penurunan, kehancuran, mulailah
untuk menginstropeksi diri, berbalik, dan mengakui dosa dihadapan Tuhan, sebab
saat ini adalah masa kemurahan Tuhan dan Ia mau menerima dengan tangan terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar